Womens.com – Kolesterol tinggi yang terdapat di dalam tubuh harus diwaspadai karena dalam jangka panjang akan memicu penyumbatan pembuluh darah dan serangan jantung. Dijelaskan dr. Bahdar T. Johan, SpPD , dokter spesialis penyakit dalam dari RS Premier Bintaro, kolesterol merupakan lemak dalam tubuh.
Biasanya pada pemeriksaan laboratorium diperiksa kolesterol total, HDL (High Density Lipoprotein), LDL (Low Density Lipoprotein) dan Trigliserida (lemak darah). Kadar kolesterol total sebaiknya tidak lebih dari 200 mg/dL, LDL batasnya adalah 130 mg/dL, HDL di atas 60 mg/dL dan trigliserida kurang dari 150 mg/dL.
Ada dua faktor penyebab timbulnya kolesterol tinggi atau hiperkolesterol. Pertama, karena lifestyle atau gaya hidup seperti mengonsumsi makanan cepat saji, obesitas dan malas berolahraga. Kedua, karena gangguan endogen atau metabolisme atau faktor genetik.
Kolesterol tinggi bisa timbul dengan gejala atau tanpa gejala, seperti kesemutan dan tengkuk terasa berat. Tengkuk terasa berat atau kesemutan di ujung jari berkaitan dengan hipertrigliserida yang kadarnya sampai 600-800 mg/dL. Gejala kesemutan berkaitan erat dengan bagian saraf yang tidak mendapatkan cukup aliran darah karena pengentalan aliran darah. Kasus yang paling banyak dijumpai adalah kadar kolesterol total, LDL dan trigliserida tinggi.
Kadar kolesterol total atau LDL yang tinggi mempercepat proses aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah. Kadar lemak yang tinggi melebihi batas normal cenderung mengendap lalu masuk ke dalam dinding pembuluh darah. Karena dianggap benda asing maka sel darah putih atau monosit akan masuk ke dalam dinding pembuluh darah dan akan memakan lemak. Monosit yang memakan lemak akan menjadi foam cell atau sel busa yang akhirnya mati dan berubah menjadi kerak lemak yang terdiri dari monosit yang sudah mati dan lemak-lemak yang masuk ke dalam dinding pembuluh darah.
Dalam jangka panjang hal tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Misalnya penyempitan pembuluh darah menuju koroner yang memicu terjadinya serangan jantung koroner dan kerusakan otot jantung. Atau menyebabkan stroke jika penyumbatan pembuluh darah terjadi di otak. Penyempitan pembuluh darah arteri juga bisa terjadi pada arteri ke ginjal sehingga bisa terjadi penurunan fungsi ginjal.
Kolesterol tinggi yang disebabkan oleh lifestyle bisa disembuhkan dengan memperbaiki lifestyle dan pada orang yang obesitas harus menurunkan berat badannya sampai ideal. Seperti menerapkan diet rendah lemak dengan mengurangi jumlah kalori.
Sumber trigliserida antara lain berasal dari karbohidrat sehingga disarankan tidak makan nasi berlebihan agar kadar trigliserida tidak meningkat. Jumlah kalori harus dibatasi, untuk laki-laki sekitar 30 kalori per kg berat badan per hari dan untuk perempuan sekitar 25 kalori per kg berat badan per hari.
Selain itu, menghindari makanan berlemak seperti santan dan minyak jenuh. Konsumsi minyak tidak jenuh seperti zaitun, olive oil, lemak dari ikan, lemak dari buah-buahan seperti alpukat dan durian diperolehkan tetapi tidak berlebihan karena akan berpengaruh pada berat badan. Konsumsi sayur-sayuran juga sangat dianjurkan.
Jangka waktu penyembuhan hiperkolesterol karena faktor lifestyle biasanya sekitar satu bulan. Dengan perbaikan lifestyle seperti berkonsultasi ke dokter gizi, serta olahraga untuk menurunkan kolesterol dalam seminggu 5 kali selama 30 menit. Jika penderita hiperkolesterol disertai obesitas maka olahraga sebaiknya seminggu 5 kali selama 60 menit.
Jenis olahraga yang dianjurkan aerobik seperti lari, renang, naik sepeda, jogging, jalan cepat atau sepeda statis. Olahraga anaerob seperti angkat besi, sepak bola, main tenis, badminton, sebaiknya tidak dilakukan karena memiliki efek kejutan dengan istirahat.